Menyoal Evaluasi Kurikulum dalam Kegiatan Pembelajaran di Sekolah Dasar

Penulis: Tia Indriani Ningsih (Mahasiswa PBI UNIMAR Angkatan 2022)

Di Indonesia, kurikulum mengalami perubahan dari waktu ke waktu sesuai dengan perkembangan zaman. Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di dalam menghadapi masa depan. Oleh karena itu, kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan. Titik beratnya, bertujuan untuk mendorong peserta didik atau siswa, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar dan mengkomunikasikan (mempresentasikan) apa yang telah diperoleh atau diketahui setelah menerima materi pembelajaran.

Perubahan kurikulum juga harus memperhatikan kesiapan faktor penting yang akan mengimplementasikan kurikulum, yaitu guru.

Tidak dapat dipungkiri bahwa guru merupakan salah satu faktor penting dalam implementasi kurikulum. Tanpa ditopang oleh kemampuan guru untuk mengimplementasikannya, kurikulum yang telah dirancang dengan bagus itu akan menjadi sia-sia. Guru profesional akan selalu bisa menjalankan tugas dalam penerapan kurikulum apapun kurikulum yang dijalankannya di sekolah. Di dalam dunia pendidikan memerlukan pedoman untuk penyelenggaraan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan untuk mencapai tujuan tertentu dalam suatu lembaga.

Hakikatnya, pengembangan kurikulum itu sendiri merupakan usaha untuk mencari bagaimana rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran. Pengembangan kurikulum bertujuan untuk mencapai nilai-nilai umum, konsep-konsep, masalah dan keterampilan yang akan mencapai tujuan tertentu dalam suatu lembaga. UU No. 20 tahun 2003 Bab X tentang kurikulum, pasal 36 ayat 1 mengatakan bahwa pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Suatu kurikulum diharapkan mampu memberikan landasan, isi dan menjadi pedoman bagi pengembangan kemampuan siswa secara optimal sesuai dengan tuntunan dan tantangan perkembangan masyarakat.

Pengembangan kurikulum itu sendiri terdapat evaluasi kurikulum. Evaluasi kurikulum merupakan tema yang luas, meliputi banyak kegiatan, sejumlah prosedur, bahkan dapat melibatkan suatu lapangan studi yang berdiri sendiri. Evaluasi kurikulum juga merupakan sebuah fenomena yang multifaset, memiliki banyak segi. Fungsi pengontrolan terhadap proses pelaksanaan kurikulum disebut juga dengan evaluasi kurikulum. Evaluasi merupakan alat yang sangat penting yang berfungsi untuk menghimpun data, memberi pertimbangan, dan menetapkan keputusan berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari objek yang di evaluasi.

Pada bagian ini membahas soal perkembangan evaluasi kurikulum, yaitu evaluasi kurikulum sebagai fenomena sejarah, suatu elemen dalam proses sosial yang dihubungkan dengan perkembangan pendidik. Evaluasi itu sendiri memiliki banyak pengertian, tetapi setiap pengertian pada dasarnya memiliki substansi yang sama.

Pada dasarnya, evaluasi adalah pertimbangan pemberian nilai dengan menggunakan kriteria-kriteria tertentu. Berkaitan dengan hal itu, H.S. Hamid Hasan mendefinisikan evaluasi sebagai suatu proses pemberian pertimbangan mengenai nilai dan arti sesuatu yang dipertimbangkan. Sesuatu yang dipertimbangkan tersebut bisa berupa orang, benda, kegiatan, keadaan, atau sesuatu kesatuan tertentu dengan berdasarkan kepada kriteria-kriteria tertentu. Di sisi lain, Doll (2009) menyatakan evaluasi sebagai usaha yang terus menerus dan menyeluruh untuk menyelidiki efek dari program pendidikan yang dilaksanakan baik isi maupun prosesnya, dilihat dari sudut tujuan yang telah dirumuskan dengan jelas.

Tujuan evaluasi kurikulum adalah untuk perbaikan program, pertanggungjawaban kepada berbagai pihak yang berkepentingan meliputi pemerintah, masyarakat, orang tua, petugas-petugas pendidikan dan pihak-pihak yang bersangkutan, atau untuk menentukan tindak lanjut. Saat ini telah banyak model pengembangan kurikulum dan masing-masing dari model tersebut memiliki karakteristik yang sama, yang mengacu pada tujuan yang hendak dicapai dalam kurikulum tersebut. Misalnya, seperti alternatif yang menekankan pada kebutuhan mata pelajaran, peserta didik, penguasaan kompetensi suatu pekerjaan dan kebutuhan masyarakat atau permasalahan sosial.

Dalam praktiknya sendiri, model pengembangan kurikulum cenderung lebih menekankan pada isi materi yang sistematik dan juga logis, sehingga implementasinya pada kehidupan masyarakat seringkali terabaikan. Oleh karena itu, penting sekali memahami dengan jelas berbagai model pengembangan kurikulum agar dapat mengembangkan kurikulum yang baik. Yang dimaksud dengan model pengembangan kurikulum disini adalah langkah atau prosedur yang sistematis dalam menyusun suatu kurikulum. Sehingga nantinya terjadi keseimbangan antara teori dan praktik mengenai kurikulum, dan diharapkan dapat terwujud kurikulum yang ideal dan optimal.

Model pengembangan kurikulum memiliki sejumlah komponen yaitu: 1) tujuan, sasaran dan kerangka program; 2) cakupan materi; 3) prosedur pelaksanaan kurikulum (Depdikbud, 1992:58). Model pengembangan kurikulum yang diterapkan pada lembaga pendidikan di Indonesia saat ini menganut pendekatan sentral-desentral. Terdapat beberapa pendekatan atau model yang dapat digunakan dalam melakukan suatu pekerjaan sehingga lebih efektif dan efisien. Biasanya akan dipilih pendekatan atau model yang dirasa paling baik, misalnya secara proses dapat berjalan lancar dan hasilnya bisa terlaksana secara maksimal.

Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur dalam mendesain (designing), menerapkan (implementation), dan juga mengevaluasi (evaluation) suatu kurikulum. Oleh karena itu, model pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan suatu proses sistem perencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan pendidikan. (Ruhimat, dkk., 2009: 74). Perkembangan evaluasi kurikulum merupakan suatu fenomena sejarah, suatu elemen dalam proses sosial dihubungkan dengan perkembangan pendidikan. Dalam studi tentang evaluasi, banyak sekali dijumpai model-model evaluasi dengan format atau sistematik yang berbeda, sekalipun dalam beberapa model ada juga yang sama. Berkaitan dengan hal itu, menurut Hamid Hasan (2008) model evaluasi kurikulum sebagaimana perkembangan evaluasi kurikulum di Amerika, Inggris dan Australia adalah dibedakan menjadi 3 yaitu: pertama, model yang masuk dalam kategori kuantitatif. Kedua, model kualitatif dan ketiga, model-model ekonomi.

Dalam pengembangan kurikulum dan pengembangan belajar, komponen-komponen yang terdapat dalam kurikulum sama dengan komponen yang ada dalam rancangan belajar. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh teknologi pendidikan yang kuat dalam hal pengembangan kurikulum. Degeng (1996:16) mengemukakan bahwa langkah-langkah dalam merancang pembelajaran, yang digunakan sebagai bagian rujukan pengembangan kurikulum meliputi: 1) analisis tujuan dan karakteristik bidang studi; 2) analisis sumber belajar (kendala); 3) analisis karakteristik isi belajar; 4) menetapkan tujuan belajar dan isi pembelajaran; 5) menetapkan strategi penyampaian isi pembelajaran; 6) menetapkan strategi pengelolaan pembelajaran dan; 7) pengembangan prosedur pengukuran hasil pembelajaran. Kurikulum sebagai alat pendidikan harus selalu dipantau dan dikendalikan agar kurikulum tersebut dapat berjalan sesuai dengan program yang telah ditetapkan.

Pemantauan terhadap pelaksanaan kurikulum juga penting dilakukan untuk mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang muncul pada saat kurikulum tersebut dilaksanakan. Melalui pemantauan yang dilakukan secara terencana dan terus menerus, diharapkan kendala-kendala yang muncul dan menghambat pelaksanaan kurikulum dapat segera diketahui, dan dengan segera dapat dirumuskan alternatif pemecahan masalah yang mungkin dapat dilakukan. Dengan demikian kurikulum yang dikembangkan selalu akan terjaga dan terkontrol, sehingga dapat berjalan secara efektif dan efisien. Selain itu, guru adalah faktor terpenting dalam menjalankan kurikulum.